Selasa, 01 Februari 2011

Apa Arti Diriku di Matamu?


APA ARTI DIRIKU DI MATAMU ?
Oleh : Mei Yuniati (XD/19)


Jam telah menunjukkan pukul 22.00 ketika Nila masih sibuk belajar. Tapi matanya sudah tidak daapat diajak kompromi. Sudah beberapa kali matanya tertutup. Tapi Nila tetap memaksakan diri untuk belajar karena besok dia harus mengikuti Ulangan Semester I. Nila masih duduk di kelas X SMA Teladan Yogyakarta. Dia terkenal sebagai anak yang pintar dan cerdas. Ketika pendaftaran dulu dia memperoleh peringkat ke-3. Kring…kring…. Jam weker Nila yang dia pasang pada pukul 22.30 membangunkannya dari tidurnya. Iapun bergegas keluar dan mengambil air wudhu untuk shalat tahajud. Kemudian, ia tidur untuk memulihkan tenaga agar besok dapat mengerjakan soal dengan lancar.
            Ayam jantan berkokok, diiringi suara adzan membangunkan setiap umat muslim agar segera mengerjakan shalat. Nilapun terbangun dari tidurnya. Walau matanya enggan terbuka, namun suara adzan membuatnya tergugah untuk segera mengambil air wudhu dan mengarjakan shalat shubuh. Setelah shalat, ia segara mandi dan berkemas untuk berangkat sekolah. “Bu,Nila berangkat dulu,” kata Nila. “Iya nduk,ati-ati ya!” kata ibunya. “La bapak mana bu?’ kata Nila sebelum menjabat tangan ibunya. “Belum pulang nduk. Masih nanti jam 8,” sahut ibunya. “Ya sudah Bu. Assalammu ‘alaikum.” “Wa’alaikum salam.”
            Nila pun pergi tanpa berpamitan dengan bapaknya. Nila mengayuh sepeda mininya melewati gang-gang. Ayah Nila adalah seorang pegawai swasta di salah satu perusahaan di kota Yogyakarta. Walau ayahnya mampu membelikan Nila sepeda motor, namun ayahnya tidak mau melakukan hal itu. Pak Rosyid, ayah Nila terlalu pelit terhadap keluarganya. Termasuk kepada Nila, anak tunggalnya. Bahkan untuk makan sehari-hari saja ibu Nila yang harus menanggungnya. Ayah NIla lebih suka menghambur-hamburkan uangnya untuk kepuasannya sendiri.

* * *
Bel sekolah telah berbunyi saat Nila berjalan di koridor sekolahnya. Nila pun mempercepat langkahnya. Soal ujian telah dibagikan. Dengan teliti, Nila mengerjakan soal itu. Pada hari pertama Nila dapat dengan mudah mengerjakan soal ujian yang diberikan. Begitu juga dengan hari-hari berikutnya. Pada hari terakhir, diumumkan bahwa hari untuk remidi akan dilakukan pada hari Senin minggi depan. Selam menunggu remedial para siswa SMA Teladan mengadakan classmetting. Nila memang anak yang cerdas. Tapi ia kurang tertarik dengan organisasi di sekolahnya. Nila lebih suka mengikuti extrakulikuler. Dia mengikuti exstra teater di sekolahnya. Classmetting hari terakhir telah selesai dilaksanakan. Nila pun pulang ke rumahnya yang ada di Jl. Sosrowijayan.
“Assalammu ‘alaikum.” “Wa’alaikum salam.” Terdengar suara ibunya yang tengah menyiapkan dagangan untuk dijual esok hari. Ibu Nila hanyalah seorang pedagang sayur. Ibu Nila berjualan hanya untuk mencari uang agar dapat digunakan untuk makan sehari-hari. “Bu,punya lauk apa?” “tidak punya apa-apa nduk. Kamu buat sarimi aja ya! Hari ini ibu belum masak.” Tiba-tiba ayah Nila datang dan membuka tutup saji yang ada di meja makan. “Apa ini? Masak Cuma ada nasi saja,”kata ayah Nila sambil melotot. Lalu Pak Rosyid keluar untuk mencari makan di luar.

* * *

Hari untuk remedial ttelah tiba. Betapa kagetnya Nila saat melihat papan pengumuman. Ada salah satu mata pelajaran yang tidak tuntas yaitu Bahasa Inggris. Seketika wajahnya berubah pucat. Ia tidak dapat berkata apa-apa. Nila langsung menuju ke tempat parker dan mengambil sepedanya. Ia tinggalkan papan pengumuman yang penuh dengan orang. Ia pulang ke rumahnya dengan lesu. Setelah shalat dhuhur dan makan siang,ia bekajar untuk menghadapi remedial besok. Soal remedial yang ia kerjakan yida begitu sulit. Pada saat remedial hari terakhir, wali kelasnya membagikan undangan untuk wali murid.
Nila pulang dan memberikan undangan itu kepada bapaknya. “Ibumu saja yang mengambil raportnya. Bapak ada acra di kantor.” Lalu Pak Rosyid pergi tanpa menoleh sedikitpun kepada Nila. Nila hanya diam mendapat perlakuan seperti itu. Lalu, Nila shalat dhuhur dan kembali ke kamarnya.

***
                       
            “Nila April Kusuma!’seru wali kalas Nila. Ibu Nila berdiri dan berjalan menuju meja guru. “Ini rapotnya mohon diterima dan ini daftar ranking sekolah.” “terima kasih Pak!” setelah ibu Nila keluae, Nila yang cemas menunggu di luar langsung merebut daftar rangking yang dibawa ibunya. Nila sangat senag karena dia memperoleh peringkat ke-3 sesekolah. Ibu Rosyid juga sangat senang melihat hasil anaknya. Nila berharap ayahnya juga senang apabila mengeyahui hal itu.
            Ketika Nila dan ibunya sampai di rumah, ayah Nila sedang asyik menonton televise di ruang tengah. Nila menunjukkan raport dan daftar rangking yang di bawanya kepada ayahnya. Ayah nila melihatnya dengan teliti. “Apa ini? Kenpa Bahasa Inggrismu Cuma dapat 76? Mengapa juga kamu hanya memperoleh peringkat 3? Mengapa tidak peringkat 1? Dasar bodoh kau.” Nila tidak dapat berkata apa-apa mendengar ucapan ayahnya. Dia sangat kaget dan takut mengetshui respon ayahnya. Tanpa berkata apa-apa nila langsung pergi menuju kamarnya. Dalam hati ia berjanja, bahwa tahun depan ia akan menunjukkan kepada ayahnya kalau ia dapat memperoleh peringkat pertama.

* * *
            Dengan semabgat yang membara, Nila selalu belajar setiap malam. Soal-aoal yang dianggapnya sulit ia tanyakan kepada gurunya. Ia belajar tanpa rasa bosan. Setiap tugas ia kerjakan dengan baik. Setiap ulangan ia selalu memperoleh nilai yang baik. Walau begitu, ia masih sempat meluangkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan dengan teman maupun pacarnya. Walau Nila cerdas, ia juga memiliki seorang pacar yang setia menemani dan mengajarinya.
            Seminggu sebelum ulangan kenaikan kelas, Nila berpuasa dan berdoa agar dia diberi kemudahan dalam mengarjakan soal-soal ujian. Ia sanagt berharap dapat masuk kejurusan IPA dan menunjukkan kepada ayahnya kalau dia tidak bodoh.
            Waktu ujian kenaikan kelas akhirnya tiba. Soal dami soal Nila kerjakan dengan lancar. Dia tidak mendapatkan kendala apapun,apalagi soal Bahasa Inggris. Nila dapat mengerjakannya dengan baik. Pacarnya yang pintar Bahasa Inggris mengajari Nila dengan sabar. Saat melihat papan pengumuman semua mata pelajaran yang dia ikuti tidak ada yang remidi. Ia tuntas disegala mata pelajaran dengan nilai di atas 85.
            Sabtu, 27 Juni 2009 adalah hari di mana raport semester II dibagi. Seperti biasa, wali kelas Nila memberikan raport dan daftar rangking kepada setiap wali murid. Ibu Nila sangat senang melihat hasil yang diperoleh anaknya. Nila juga merasa senang karena ia dapat memperoleh peringkat I di sekolahnya. Nila dan ibunya pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Kali ini Nila sangat yakai kalau ia akan mendapatkan respon yang baik dari ayahnya.
            “pak,lihat hasil belajarku kali ini,”kata Nila dengan wajah yang berseri-seri. Ayahnya melihat raport dan dafgtar rangking dengan cermat. Setela itu, ia letakkan raport dan daftar rangking yang tadi dipeganggnya. Nila menunggu respon ayahnya dengan hati yang tidak sabar. Tapi.ayahnya langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. Bahkan,sedikit senyumpun tidak terlihat di raut muka Pak Rosyid. Pak Rosyidcsama sekali tidak merasa bangga dengan hasil yang dirai anaknuya. Nila tidak tahu mengapa ayahnya bersikap seperti itu. Padahal ia sudah mendapatkan peringkat I.
            Nila sngat sedih dengan sikap ayahnya itu. Dia merasa kalau usahanya sia-sia. Tapi nila tidak putus asa. Ia terus belajar dan mempertahanjan prestasinya itu. Tapi tetap saja, Pak Rosyid mengacuhkan hal itu. Hanya ibu Nila yang selalu mendukung Nila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar